Sabtu, 12 Mei 2012

Sepotong Bahagia di Ujung Senja


Kadang aku berpikir mengapa aku selalu memilih jalan yang sulit sementara Tuhan selalu menyodorkan jalan pintas yang indah buatku.Kenapa aku  masih bertahan disisimu sedangkan ada dia yang setia menungguku.Aku tahu bahagia itu sederhana,sangat sederhana malah.Tapi kenapa kau membuatnya selalu jadi serba sulit? Apa kau tak tahu bagaimana mudahnya merasa bahagia?Atau mungkin kau sudah terbiasa menyiksa hati dan perasaan orang sehingga menurutmu itulah bahagia?Entahlah...
Ku ketuk pintu rumahnya sekali lagi.Tak ada sahutan suara yang sangat ku kenal.Sepi.Tak ada sedikitpun suara yang menari-nari diruangan  itu.Hampa.Mungkin dia sedang tidak di rumah.Tapi jelas-jelas dia bilang kalau dia sedang sakit dan tak mau pergi kemanapun.Bubur ayam yang kumasak sejak siang tadi mulai dingin.Aku khawatir rasanya tak nikmat lagi ketika disantap.Terpikir olehku untuk memanaskannya sejenak agar enak dimakan.Kuambil kunci serep rumahnya dan langsung memasuki dapur..
Ku lirik pintu kamar yang menganga di sudut ruangan.Seperti tak ada orang.Akupun tergelitik untuk masuk kedalam dan melihat keadaannya.Kosong.Kamar itu kosong dan rapi.Sepertinya dia pergi.Ku percepat langkahku lagi menuju pantrynya dan mulai menyusun meja makan.
Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kiriku berkali-kali.Detak jam itu memainkan perasaanku.Kemana dia??Awan gelap mulai merundung di senja itu.Deru angin mulai memainkan cuaca.Sepertinya bakal hujan deras.
Ternyata benar, hujan deras mulai mengguyur Bandung.Deru angin tak henti-henti mengoyak kesunyian senja ini.Kemana dia?apa dia sedang membeli obat?aku  tak  mau menghubunginya sengaja untuk membuat surprise kecil buatnya.Terdengar langkah kecil diantara derasnya rinai hujan.Pria itu berlari-lari kecil membuka pagar.Kini pria yang kutunggu itu tepat berada di depanku.Aku yang sudah memegang handuk untuknya langsung menyambutnya dengan seulas senyum terbaik yang kumiliki.
"Kamu baru pulang?darimana?kamu kan lagi sakit..perginya tadi dengan siapa?"kutanyakan semua hal yang memang memenuhi kepalaku dengan nada lembut,tapi dia tahu .. aku mencemaskannya.
"Aku tadi diajak makan siang sama Diana mantanku,"katanya singkat.
"Kau udah baikan?apa perlu aku panggilkan dokter pribadimu?"
"Gak usah,emangnya ngapain kamu disini sih??"tanyanya setengah membentak.
"Aku tadi bawain kamu bubur ayam.Katanya kamu lagi sakit.Jadi aku buatin bubur ayam kesukaan kamu.Dimakan ya..."jelasku dengan seulas senyum seadanya.
Nizar mengalihkan pandangannya dariku."Kamu tuh  ngerti nggak sih..ini udah mau malem.Pulang sana!"bentaknya dengan nada meninggi.
Aku mundur satu  langkah mendengar bentakan Nizar.Aku bingung dengan tingkahnya.Bingung sekaligus terkejut.
"Tadi kamu pulang bareng siapa?"
"Kamu ini,selain bego ternyata tuli juga ya..aku tadi kan udah bilang kalo aku pergi ama mantanku,ya jelaslah aku pulang ama dia,dasar cewe bego!"
"Oh maaf ya,aku tadi nggak denger kamu ngomong masalah itu,ya udah dimakan ya buburnya,aku taruh di meja makan.."
"Bawa aja lagi,aku kan udah makan sama Diana."katanya enteng.
"Nggak usah,kamu  makan aja,nanti langsung mandi biar gak masuk angin,teh angetnya udah aku buatin..aku pulang dulu ya..good  night ...." kataku ,mengecup keningnya dan beranjak pergi meninggalkannya.
Nizar masih diposisinya.Tak ada niat sedikitpun untuk mengantar kepergianku meski dia tahu wanita yang sudah jadi kekasihnya selama 3 bulan itu sedang menangis gara-gara ulahnya tadi.Apa sih yang ada di otaknya sampai sebegitu teganya dia memperlakukanku seperti ini? Mataku  terus basah,bukan karena air hujan yang mengguyur wajahku,namun tangis kecil terisak yang memenuhi wajahku.Aku menangisi kelakuan  kekasihku.
***
Sikap cuek Nizar tak hanya berhenti sampai disitu.Di kantor saat berpapasan denganku,dia tak menegur bahkan menoleh sedikitpun padaku.Dia sebenarnya menganggap aku apa sih? Manequin yang tak berhati tak berperasaan? Wayang yang tak memiliki keinginan untuk dihargai,disayangi dan dicintai?
"Kamu kenapa sih cuek banget?aku ada salah apa?"
"Salah kamu??salah kamu  itu banyak!"jawabnya singkat.
"Apa sayang,jelasin  agar aku bisa berubah jadi lebih baik buat kamu.."aku memandanginya.Tanpa terasa bulir air mataku jatuh tak tertahan lagi.Tangisku membuncah.Tak kupedulikan lagi pandangan orang-orang yang heran melihat tangisku.Aku tak peduli.Yang kutahu aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Ini kamu lagi ngelakuin kesalahan fatal...NANGIS!! mantanku itu selalu tegar menghadapi masalah,nggak kayak kamu yang cengeng kalo ada masalah..."katanya tanpa ampun.
Tangisku terhenti.Aku tak tahu apa yang dia katakan.Aku masih berusah mencerna kata-kata itu saat dia melontarkan kata-kata yang lain.
"Kamu tak seperti mantanku,dia yang terbaik...."
"Ya,aku tahu aku tak sebaik mantanmu.Aku tak sepintar dan secantik dia.Aku tak sekaya ataupun semandiri dia.Aku adalah aku yang tak mungkin jadi orang lain.Aku bisa jadi lebih baik dari diriku yang sekarang tapi aku tak bisa jadi orang lain.Aku menipu diriku sendiri jika aku berusah menjadi orang lain..."kataku  tak tahan lagi.
Nizar tercengang mendengar bentakanku.Dia tak menyangka gadis selembut Litha yang dikenalnya bisa bicara sekasar itu padanya.
"Aku sangat kecewa pada diriku sendiri.Aku tak bisa mengubah pikiranmu.Aku tak bisa membuatmu  lupa pada masa lalumu dan menata dirimu untuk menjalani masa depanmu"
"Masa lalu itu bukan untuk dilupakan tapi untuk dikenang.."
"Tapi jika kau terus mengenang masa lalumu tanpa menjalani masa depanmu,kapan kau akan menata masa depanmu bersamaku..ingat aku masa depanmu..dia masa lalumu jadi lupakan dia!!"
"Apa hakmu melarangku mengingatnya??Toh itu masa laluku dan kau tak berhak mencampurinya.Kamu itu bukan istriku,kamu cuma pacarku!"
"Ya aku memang cuma pacarmu.Aku wanita yang jatuh cinta pada laki-laki yang tak pernah mau memandang masa depannya.Aku wanita lemah yang tak berdaya akan pesonamu dan bahkan tak bisa mengubahmu.Aku memang wanita bodoh.Aku sangat bodoh jika aku terus mengharapkan kau akan lupa denga masa lalumu.."
"Maaf Honey,bukan maksudku seperti itu.."
"Percuma ada kata maaf jika kau tak mau berubah! aku memang terlalu bodoh.Kembalilah pada masa lalumu jika itu membuatmu bahagia dan aku akan mencari pria yang mau menjalani masa depannya sama sepertiku."
Aku meninggalkannya dengan sejuta tanya yang (tentunya) masih menyelimuti pikirannya.Mungkin ini jalan terbaik bagiku dan baginya.Kami tidak akan pernah bersatu lagi.Kami seperti air dan api.Kami tidak memiliki tujuan hidup yang sama.Ya,mungkin inilah yang terbaik.
***
            “Sudahlah,Tha.. jangan kayak gini terus..ayo makan ntar kamu sakit lagi” bujuk Steve sambil terus menyendokkan bubur ke mulutku.Sebenernya bubur itu sangat enak.Aku tahu karena itu adalah bubur langgananku,tapi hal itu mengingatkanku pada Nizar,aku benci itu.
            “Pergi kamu,Steve! Aku nggak mau lihat wajahmu lagi..” teriakku di depan wajahnya.Aku cuma butuh waktu untuk sendiri.Tapi kenapa dia selalu ada disini?
            “Maaf,Tha..tapi aku nggak bisa ninggalin kamu sendirian,,aku takut ada apa-apa sama kamu...aku sayang kamu,Tha...” kata Steve perlahan,membuat jantungku berirama tak beraturan.
            “Kamu tahu aku cinta sama Nizar,tapi kenapa kamu mau nemenin aku disini?apa kamu nggak merasa sakit hati kalo orang yang kamu cinta malah mencintai orang lain?” tanyaku sambil memperhatikan air mukanya.Aku tahu betapa terpukulnya dia kala mengetahui hubunganku dengan Nizar.Tapi yang membuatku heran adalah kenapa dia masih bisa tersenyum dengan hubungan kami? Apa dia tak mencintaiku  lagi?
            Sambil tersenyum diapun  berkata “ Kamu tentu lebih tahu  bagaimana perasaanku padamu.Aku  tak membencimu karena lebih memilih dia daripada aku.Aku juga tak berusaha merusak hubungan kalian.Aku cuma mau melihat guratan senyum di wajahmu selalu terlihat setiap harinya.Itu saja.Karena dengan  melihatmu tersenyum,aku bisa merasakan betapa bahagianya kamu.Aku tahu bahagia itu sangat sederhana.Sesederhana ketika tawa canda bergulir dari bibirmu.Sesederhana saat kau  bisa tersenyum bersamanya.Itulah bahagia yang aku  rasa dan itu sudah cukup bagiku.”
            Aku merinding mendengar pernyataannya.Sungguh mulia hati pria ini.Hidupnya hanya didedikasikan untuk orang lain bahagia.Dia tak pernah memikirkan hati dan perasaannya sendiri.Karena menurutnya bahagia itu kala melihat orang lain bahagia.Kenapa aku dulu tak memilihnya? Aku merasa menyesal dengan keputusanku dulu.Apakah sudah terlambat untuk menjawab pintanya 3 bulan lalu?
            “Apakah pinanganmu dulu masih berlaku  sekarang?” ucapku penuh  harap.
            “Tentu..Litha! itu berlaku selamanya buatmu..apa kau berubah pikiran?”
            “Entahlah sepertinya aku bisa berubah...” jawabku yang masih setengah bingung dnegan perasaanku  sendiri.Ada gejolak aneh kala dia menatap lekat mataku.
            “Jangan terburu-buru..kita masih banyak waktu untuk memikirkannya dan aku akan setia menunggumu hingga ada waktu yang pas buatmu untuk menjawab pinanganku...aku tak ingin kau salah langkah lagi...”
            Dia mendekat dan mengecup puncak kepalaku perlahan.Aku  merasakan ketulusannya.Aku merasakan cinta sejati dalam dirinya.Senja di hari itu sunggu terasa indah.Kunikmati senja dengannya.Cuma bersamanya.Dia yang selama ini ada di dekatku ternyata adalah  satu-satunya orang yang tulus padaku.Terima kasih Tuhan engkau mengirimkan malaikat yang mencintaiku apa adanya.Ternyata memang takdir merencanakan kami untuk bersama.Aku cuma butuh waktu untuk memantapkan  hati menerimanya.Cuma butuh waktu.Dia tentu masih bisa menungguku ,kan? Aku ingin bersamanya selamanya.Bersama dia yang selalu mengajarkan kepadaku  bila bahagia itu sederhana.
Dan biarlah waktu yang menjawab apa yang akan terjadi pada kami nanti.

with LOVE,
Mi-Ki