Selasa, 20 November 2012

Wanita itu dan Pria itu


Wanita itu memandangi pria yang duduk disampingnya. Ia melihat ada gurat-gurat lelah jelas di wajah tampan pria itu. “Kau baik-baik saja kan?” selidik wanita itu penuh ragu.
“Tenanglah.. aku baik-baik saja. Aku hanya butuh waktu untuk berpikir..” ujar pria itu tanpa memandang balik ke arah wanita itu.
“Berpikir tentang apa? Tentang hubungan kita? Apa kau mulai meragu?”  suara wanita itu perlahan merendah, diganti isak tangis yang mulai tertangkap oleh telinga pria itu.
Mereka lalu terdiam. Tak ada salah satu diantara mereka yang berinisiatif memulai pembicaraan. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Pria itu bingung bagaimana ia harus bersikap. Ia memang mencintai wanita itu tak ada keraguan diantaranya. Namun ia tak bisa memungkiri firman Tuhannya. Ia dan wanita itu beda. Hubungan mereka mau tidak mau harus terhenti dan jalan satu-satunya untuk bersatu adalah menyatukan mereka dalam persamaan. Pilihannya adalah ia atau wanita itu yang “mengalah”.
“Boleh aku tanya satu hal padamu?”
“Tentu.”
“Kau mencintaiku?”
Wanita itu lalu tertawa, tawa hambar. “ Tentu saja aku mencintaimu. Jika aku memperjuangkan suatu hal, artinya aku mencintainya. Apa kau merasa aku tak memperjuangkanmu?”
Pria itu terdiam. Ia akui sangat sulit membuatnya lupa akan sosok wanita itu. Wanita itu cantik, hasil karya jemari Tuhan yang Maha Indah. Ia tak pernah menuntut apapun dari pria itu, kecuali cinta dan kasih sayangtak lebih. Wanita itu pun tahu bagaimana ia harus bersikap. Wanita itu sangat sempurna secara duniawi . Haruskah ia mencintai dunia hingga membuatnya melupakan akhirat? Ia selalu memegang prinsip agama dalam hidupnya. Pria baik untuk wanita baik.Wanita baik untuk pria baik pula. Posisinya sekarang adalah, mana diantara mereka yang tidak baik hingga hubungan ini mesti dihentikan? Wanita itu baik.Sangat baik malah. Ya, satu-satunya yang tidak baik adalah perbedaan agama diantara mereka. Mereka harus memilih atau mereka yang akan dipilihkan oleh orang lain pilihan.