Tiba-tiba saja
aku memikirkanmu. Membayangkan bagaimana kedua bola matamu terpaku, menatap
lekat padaku dengan malu-malu. Memandang
senyum yang terukir jelas di wajahmu yang entah mengapa berusaha kau sembunyikan dariku. Merasakan bagaimana lidahmu kelu saat kita saling berhadapan.
Ya, kita sama-sama tak punya keberanian untuk menyapa satu sama lain. Kebekuan
di bibir kita seakan suatu hal yang tak bisa dicairkan. Saat tatapan kita beradu
pun, yang ada hanyalah refleks memalingkan wajah di saat yang bersamaan pula.
Tiba-tiba saja aku
merindukanmu. Membayangkan kau berjalan di koridor dengan tergesa-gesa. Melihat
ekspresi wajahmu yang sangat menggemaskan.
Memandang tawa yang bergulir darimu setiap harinya. Merasakan hangat yang
menjalar ke kedua pipiku saat kita berpapasan. Kita, dua insan yang saling
mengagumi satu sama lain. Membiarkan rasa ini terdiam dalam hati tanpa pernah
bergerak ke sisi hati yang lain. Merelakan perasaan ini hanya terpaku pada satu
nama, meski tak pernah memberitahu sang pemilik nama.
Biarlah aku
menanamkan rindu padamu setiap harinya, menuainya di suatu hari nanti yang
mungkin di saat itu kita telah menjadi satu. Bagaimana dengan rasa hatimu?
Merasakan hal yang sama pula, kah? Mungkin saat ini kau hanya tersipu membaca
potongan kertas kecil dariku, membayangkan pipiku yang memerah karena kau terus
memandangiku. Lalu mungkin kau akan berkata “Kau tentu tahu bagaimana aku.”
Bagaimana aku
tahu? Tentu, karena kau tahu sepenuhnya bahawa aku sangat mengenalmu. Jauh
sebelum kau mengetahui keberadaanku. Jauh sebelum kau pertama kali menyapaku.
Jauh sebelum pertama kali kita saling berpandangan. Jauh sebelum kau mengatakan
kau mencintaiku. Ku tak mengerti mengapa semua ini terjadi. It just happened.
I Love You.
Teruntuk
seseorang yang akhir-akhir ini mencuri perhatianku.
Tenanglah, aku tak
pernah mengabaikanmu karena kamu masih dalam radiusku.