Jumat, 07 September 2012

at this moment...

aku ingin menghambur ke arahnya.
memeluknya.
mengatakan aku begitu merindunya.
mengikrarkan aku telah jatuh cinta padanya.
membisikkan bahwa dia telah memilikiku seutuhnya
tapi tak mungkin.
dia tak ingin memelukku.
dia tak sedikitpun merinduku.
dia mencinta orang lain.
patah.
hatiku patah.
tiada yang sanggup memungut serpihannya.
aku tak sanggup membayangkannya.
dia menggandeng wanita lain.
dia memeluk seseorang, bukan aku.
aku membencinya, namun aku merindunya.


rindu dan harap

Aku sudah jatuh tepat di titik lebur rinduku. Semua rasa itu menguar, menembus celah-celah pertahananku, membuat hati begitu rapuh. Semua hal selalu mengaitkanku pada sosok dirimu. Kenangan yang terukir selalu berhasil masuk ke alam bawah sadarku seperti kaset yang selalu memutar bagian yang sama berulang-ulang. Memori bersamamu selalu terngiang-ngiang saat sepi menghantui. Aku begitu merindumu.

Tiap kudengar senandung itu, air mataku selalu berhasil menggenangi pelupuk mata. Aku teringat sosokmu yang begitu piawai memainkan gitar sambil menyenandungkan lagu itu. Lagu kita. Lagu yang dibawakan Lee Min Ho "My Everything" begitu lembut menyentuh gendang telingaku. Kau selalu mendendangkan lagu itu. Seperti sebuah hal yang wajib kau lakukan. Semakin lama, lagu itu semakin akrab di telingaku. Bahkan suara Lee Min Ho yang ku idolakan itu sedikit demi sedikit lenyap, tergantikan suara lembut khas-mu. Tapi aku selalu suka cara kau menyanyikannya. Begitu menghayati seolah akulah objek di lagu itu.Aku bangga menjadi objek dalam hidupmu. Aku selalu merindu caramu menyenandungkan itu.

Lalu ku bergerak menuju ruang musik. Disana bersandar gitar kesayanganmu. Kau menggunakannya di saat apapun, bahkan kau pernah bilang bahwa dia adalah hal kedua yang terpenting dalam hidupmu, setelah aku tentunya. Petikan gitar itu selalu berhasil membuat perasaanku jauh lebih baik. Pernah aku belajar memainkan gitar itu, tapi hasilnya selalu tidak sama. Gitar itu seolah punya ruh dan hanya kau saja yang bisa memainkannya dengan indah. Gitar itu sendiri. Sama sepertiku, dia pasti merindu sentuhanmu.

Aku menyusuri lorong di lantai dua saat ku temukan pintu kamarmu terbuka. Rasa penasaran membuat langkahku beralih, masuk menelusuri kamarmu. Kamar khas cowok, lengkap dengan " berantakan" yang memang lazim. Sertifikat, piagam, medali berantakan memenuhi lantai kamarmu. Tanganku refleks memungutinya satu persatu, membuatnya sedikit rapi. Lalu aku menemukan selembar kertas tulisan tanganmu. Dengan cepat aku membacanya.

tiada kata yang tepat menggambarkan rasanya
tiada hal indah yang mampu menandingi kelembutannya
tiada sesuatu yang manis yang melebihi senyumnya
aku mencintainya,tanpa celah untuk mendua
dia menyita semua memori otakku,semua mimpi dan harapan
aku mencintanya setengah mati
seluruh hati telah beralih pemilik
menjadi miliknya seutuhnya
sekali lagi dia berhasil menembus keegoan hati
dia menaklukan hati sekeras batu karang sekalipun
dia wanita sederhana yang menyita pikiranku
aku selalu , selalu dan selalu ingin memilikinya
tapi aku tak mampu
aku tak sanggup
aku tak bisa
waktuku tiada memberi kesempatan
untuk merasa bahagia
sedikitpun tak bisa
takdir terlalu kejam untuk jadi kenyataan
aku mencintanya
sampai di surga nanti, aku masih memandanginya
aku merindunya
selalu....
Air mata tak dapat melukiskan kesedihan yang ku alami. Aku kehilanganmu. Sosok yang membuatku jatuh cinta. Cinta pertamaku. Kita jatuh cinta. Tanpa syarat apapun. Hanya waktu dan takdir mempertemukan kita di suasana yang tepat hingga kita merasa begitu bahagia. Tapi aku hanya mengecap sedikit kebahagiaan bersamamu. Aku masih merindumu.Selalu.Tak ada harap lagi sekarang. Kau telah tiada.


dedicated to :seseorang yang pertama ku jatuhi cinta :') i'm still loving you..