Jumat, 14 Desember 2012

cyber couple (part 1)



Semuanya sia-sia saja. Seluruh saraf di tubuhku telah dikuasai olehnya. Tak ada hal yang bisa kulakukan selain merelakannya mengendalikan jalan pikiranku. Padahal, aku tahu kami hanya pasangan dunia maya. Cyber couple. Dunia kami saja tak nyata, mungkinkah rasa ini tak absurd? Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi saat ini, yang ku tahu; dia telah mengalihkan duniaku. Kita sendiri, ada di belahan dunia berbeda, dengan latar belakang kontras dan tentunya bahasa yang sama sekali tak sama. Aku sendiri tak terlalu paham dengan bahasanya, sama seperti dia yang hanya tahu 2 kata formal dari bahasaku. Tapi itu tak menyulitkan kita, bukan? Tentunya, itu berkat paman google yang tak pernah bosan mengartikan percakapan kita.
“Bagaimana kuliahmu hari ini?” kalimat pertama yang muncul di akun skype-ku malam itu.
“ Begitulah, tak ada hal yang istimewa. Lalu bagaimana pekerjaanmu? Kau mendapatkan proyek yang kau inginkan itu?”
“ Seperti yang kau kira,honey. Aku memenangkan proyek itu. Ah, jika kau disini, mungkin aku sudah mengajakmu berpesta.”
“Kau bisa mengajakku berpesta.”
“Bagaimana bisa? Kau mau datang kesini? Ke Perancis?”
“Tentu tidak.”
“Lalu bagaimana mungkin aku bisa mengajakmu berpesta?”
“ Ambillah winemu dulu. Berpakaianlah yang rapi, aku akan menunggumu.”
Lalu aku mengambil sebotol wine dari rak, menuangkannya ke gelas; sejurus kemudian aku mengganti kaos oblongku dengan gaun sederhana. Aku lalu duduk di depan laptopku sembari merapikan rambutku, mengoleskan samar  lipstick peach kesayanganku.
“ Aku sudah siap. Lalu bagaimana selanjutnya?
“Kau hidupkan video callmu. Oke?” beberapa detik kemudian, jendela video call muncul lalu “Tadaa....” teriakku sembari  berpose bak model. “ Bagaimana, kau sudah siap mengajakku berpesta malam ini?”
“Amazing. Kau begitu cantik, sayang.”  Dia tersenyum memandangi diriku. “ Siap pergi?” Dia lalu menyentuhkan jarinya ke laptop, seolah-olah mengulurkan tangannya padaku. Aku pun membalas hal yang sama. Ia mencium punggung tanganku dari laptopnya. Meski dia tak berada di hadapanku, tapi debaran jantung ini nyata. Aku yakin wajahku memerah karena tingkahnya.
Malam itu kami berdansa di dunia maya.