Jumat, 27 Juli 2012

Moon, Sea and Sun

Lalu bisakah kau mengucapkan itu pada saat ku minta?
Bisakah kau mengucapkannya meski hatimu tak lagi sepenuhnya tertuju ke hatiku?
Bisakah kau mengucapkannya besok,lusa,nanti , hingga waktu yang tak terbatas?
Coba bisikkan pada semilir angin apa yang ingin kau ikrarkan
Sebelum kau bisa membuktikan padaku
Simpan dulu hingga aku menginginkannya keluar dari persembunyian
Hingga aku yakin bahwa cintamu itu bukan sesaat
Percayalah kata itu sendiri sudah ku ucapkan setiap hari untukmu
Tanpa perlu kau tahu, cukup percaya sama seperti aku percaya padamu.....
***
Aku selalu menelusuri pantai saat senja menjelang.Kau tahu bagian paling indahnya? Kau akan merasakan betapa cantiknya perpaduan jingganya matahari yang tengah kembali ke peraduan saat bertemu dengan buih air laut yang bersemu biru muda.Meski mereka adalah dua hal yang berbeda, mereka selalu dipertemukan pada saat yang sama. Kau tahu? jalan mereka ditakdirkan bersimpangan meski akhirnya mereka akan kembali ke jalan masing-masing. Mereka hanya ditakdirkan bersimpangan sebentar hingga -baru aku sadar- rembulan mulai bangun dari tidurnya dan mulai menggantikan peran matahari. Itulah kita, aku ,kamu dan dia. Yang memiliki persimpangan yang sama tapi dalam waktu yang berbeda. Apa aku harus selalu memiliki kalian berdua seperti buih lautan memiliki matahari dan bulan? Apa kali ini, aku harus melawan kehendak alam? Bahwa buih lautan harus memilih salah satu diantaranya? Matahari yang sinarnya menghangatkan asa atau Bulan yang cahayanya menerangi kegelapan?

" Bagaimana kabarmu? Aku dengar kau sudah jadi koas di RSCM? Bagaimana rasanya menyenangkan?" Suara lembut Keano menyentuh gendang telingaku. Rasanya sudah lama sekali tak mendengar suaranya itu, aku rindu bahkan mendengar suaranya pun membuat aku rindu.
"Capek banget,Kean... kamu tahulah sesibuk apa dunia koas itu, aku baru ngerasain dan aku akui sangat berat..."
Aku termenung teringat kejadian malam tadi.Tepatnya pukul 2.00 WIB.