Mereka hanya bisa tertawa, tanpa
pernah tahu apa yang mereka tertawakan. Mereka cuma bisa merendahkan, tanpa
pernah mencari kebenaran. Kami tak seperti apa yang mereka pikirkan. Kami hanya
jatuh cinta. Apakah salah cinta itu datang pada hati-hati kami, perlahan
mengetuk pintu hati dan memberi salam hangat padanya yang sudah lama tak
bertamu itu? Kami hanya ingin merasa bahagia dan tak ada beban diantaranya.
Waktu. Jika aku diberi
kesempatan untuk mengulangnya, aku akan mengulangnya. Aku ingin kami memiliki
yang sekarang tak kami miliki. Persamaan. Mungkin jika kami sama, tak ada rasa
sakit seperti ini. Kami akan tersenyum dan cerita ini akan berakhir dengan air
mata bahagia. Tapi, mungkinkah itu terjadi? Atau itu hanya angan-angan yang
sengaja mempermainkan perasaanku yang kalut ini?
Tuhan. Entah sudah berapa kali
aku menyalahkan Tuhan. Kenapa Dia ingin kami bertemu, jika kami akhirnya ingin
dipisahkan? Apakah Dia tak pernah mau menyelipkan kisah bahagia diantara cinta
kami? Apa kami memang pantas merasa sakit karena kami sudah berdosa melanggar
perintah-Nya? Tuhan. Aku tak tahu lagi apa yang mesti ku perbuat jika kau terus
mengulang kisahku pada alur yang sama terus menerus. Aku sudah lelah menangis
karena cinta yang kau lewatkan dalam hidupku. Dia kan yang menciptakan rasa itu
dan menghadiakannya pada jiwa-jiwa kesepian kami? Lalu bagaimana? Apa aku harus
merelakannya pergi sementara hatiku sakit? Atau aku harus mengubah keyakinanku
dan hidup bersamanya? Lagi-lagi, Tuhan memberiku piliihan yang sulit.
"Aku butuh dia, yang bersedia menyediakan bahunya untuk ku sandari, dada bidangnya yang dia biarkan aku hujani dengan gerimis di sudut mata ini, telinganya yang setia mendengarkan laraku, dan peluknya yang membuat hati yang lelah ini merasa nyaman."