Aku adalah penggemar rahasiamu. Setiap jengkal
langkahmu pasti teramati oleh sepasang bola mataku ini. Aku memang menyukaimu
sejak lama. Aku bahkan hapal apa yang kau suka dan semua yang kau benci, kemana
kau menghabiskan waktumu, dengan siapa kau pergi, dan kepada siapa cintamu
berlabuh. Meski semua orang mencemooh tingkahmu, aku masih setia memujamu. Aku
tak peduli apapun yang orang katakan tentangmu. Bagiku semua manusia itu pasti
punya ketidaksempurnaan dan aku selalu bisa memakluminya. Dan ketika cinta itu
mengatakan “iya” pada hatimu ke arahku, aku hanya bisa tersenyum puas dan
berkata “ ini memang yang ku impikan”. Dan kau tentu tidak tahu, sudah sejak
lama aku menginginkan posisi ni, menjadi seseorang penting di hidupmu. Ku pikir, kau lah segala
yang ku inginkan dalam hidup,awalnya...
“Hei ngapain senyum-senyum
sendiri?” Rey masih tenggelam dalam
lamunannya. Pertanyaan Nasha tak digubrisnya sama sekali.
“Hey boy... kenapa nggak dimakan steiknya?” Nasha
kembali melontarkan pertanyaan pada lelaki di hadapannya. Nasha lalu
menjentikkan jemarinya ke depan wajah Rey. Spontan Rey tersadar dari
lamunanannya. Entah sudah berapa lama ia tak menggubris ucapan Nasha. Rey
segera mengalihkan pandangannya pada Nasha, dan tersenyum “Ohh,nggak
apa-apa...hehehehe jadi gimana...?” katanya,seolah menyimak apa yang
dibicarakan gadis itu.
“Gimana
apanya? Dasar cowok aneh!!” Nasha mengejek Rey. Tanpa disadari tatapan mereka
bertemu.Nasha kembali bisa merasakan kesejukan mata biru itu. Sesaat dia
terhanyut dalam tatapan itu.
Rey
kembali menyunggingkan senyumnya lalu mengusap lembut puncak kepala Nasha. Di
dalam hatinya tadi sedang memikirkan rencana yang akan dilakukannya nanti
sehabis makan malam. Memikirkan hal itu membuat Rey tersenyum sendiri. Pada
saat bersamaan, ada debaran aneh yang dirasakan Nasha saat tangan besar Rey menyentuh
kepalanya. Rasa hangat menjalari tubuhnya. Ia terhanyut dalam rasa itu. Sesaat
dia mencoba mengendalikan perasaannya . “ Udah,abisin steik kamu tuh...ini enak
banget loh....” ucap Nasha sambil melahap steiknya sendiri,mengurangi rasa
gugup yang tercipta tadi.
“Boleh
aku ngomong sesuatu sama kamu? “ kata Rey ragu. Dia heran mengapa dia bisa
gugup di hadapan wanita. Padahal sebelum-sebelumnya, malah wanita yang gugup
berhadapan dengannya.
“Ini
kamu lagi ngomong sama aku... ngomong apaan sih sok serius gitu?” jawab Nasha
asal. Dia tahu Rey akan menembaknya. Gelagat lelaki itu terlalu bisa dibaca
bahkan oleh gadis lugu sepertinya. Tapi Nasha pura-pura tidak tahu,sengaja
membiarkan Rey menjalankan perannya.
“Sha,
mungkin ini terlalu klise. Tapi aku bener-bener suka sama kamu dan aku mau kamu
jadi pacarku. Will you be mine?” Nasha
masih membeku dalam pikirannya sendiri. Rey membaca keraguan dari raut wajah
Nasha. Ia kemudian menarik napas yang dalam dan melanjutkan kalimatnya “
Yah..aku tahu aku nggak bisa menjadi seseorang yang sempurna buat kamu, aku
nggak bisa jadi seseorang yang satu-satunya kamu pikirkan, bahkan aku nggak
bisa jadi seseorang yang kamu impikan tapi aku berjanji aku akan selalu
mencintaimu, aku akan selalu berusaha disampingmu saat kau butuh shoulder to cry on, aku akan berusaha
membuatmu bahagia,apapun caranya....”
Kalimat
terakhir yang membuat Nasha yakin menerima perasaan Rey tanpa ragu sedikitpun ” I love you and i’ll always do...”
Bisik Rey perlahan lalu ia menempelkan bibirnya tepat di kening Nasha. Nasha
lalu mendorong Rey perlahan sehingga memberi jarak diantara mereka berdua,
membuat Rey bingung, tapi akhirnya ia bahagia karena Nasha tanpa ragu mengecup
pipinya dan itu adalah jawaban “IYA” menurut Rey.
Aku bisa merasakannya. Getaran lembut kala pandangan
kita bertemu. Kupu-kupu yang menari di perut. Senyum yang tiada henti bergulir
saat memikirkanmu. Itu semua tanda orang jatuh cinta, kan? Aku tahu dan aku rasa.
***
Tapi aku
terlalu takut membayangkannya. Aku terlalu lemah untuk berjudi dengan perasaan
lagi. Aku sudah lelah tersakiti. Hingga aku memutuskan melepas bayangmu sesulit
apapun itu. Meski ku tahu tak ada yang bisa menjamin apakah aku bisa bahagia
tanpamu.
“Jadi kamu udah
jadian ama Rey?” ucap Aini setengah menjerit.
“Ssttt... jangan
teriak-teriak gitu dong,malu nih aku! Iya..dia semalem nembak dan kami jadian
deh....” Nasha senyum-senyum sendiri.
Aini
menggelengkan kepala.Dia tahu sobatnya sudah lama menyukai Rey. Ia tidak
melarang rasa itu tumbuh. Tapi ia hanya takut Nasha terluka karena sikap Rey.
Rey terkenal playboy di sekolah dan
Aini takut Nasha akan memperpanjang deretan korban ke-playboy-an Rey. Makanya ia menyuruh Nasha agar menjaga jarak dengan
Rey. Namun jika cinta sudah memilih orangnya, apa mau dikata? “ Sha, bukannya aku nggak seneng sama
hubungan kamu dan Rey. Kamu kan tau reputasi Roy itu kayak apa. Aku takut kamu
cuma korban egonya Rey aja....”
“Tapi, Aini..
dia bener-bener baik ke aku. Aku bisa ngeliat ketulusan dia dari sorot matanya.
Dan kalo orang yang kamu suka itu ternyata cinta sama kamu, kenapa mesti
ditolak sih?” Nasha memberikan pembelaan.
“Aku kayak gini
buat kepentingan kamu juga, Sha. Aku sayang kamu. Aku nggak mau kamu terluka
gara-gara dia, itu aja. So, selama kamu
pikir dia cowok baik-baik, aku jadi orang yang pertama ngedukung hubungan
kalian berdua....”
“Makasih Aini.. kamu
emang sobatku yang paling ngertiin aku..muachhh” Nasha mengecup pipi Aini lalu
berlari menjauhi Aini. “Ehh...aku sayang kamu tapi aku masih normal tau!”
teriak Aini sambil berusaha mengejar bayang Nasha.
Di
rumah , kamar Nasha.
Nasha kembali memikirkan
perkataan Aini. Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telinganya. “ Sha, bukannya aku nggak seneng sama hubungan Kamu dan Rey. Kamu kan
tau reputasi Roy itu kayak apa.Aku takut Kamu cuma korban egonya Rey aja....” Dia
memang sudah menyadari reputasi Rey yang tersohor itu. Namun ia takkan bisa
membohongi hatinya jika ia tengah jatuh cinta pada Rey dan sekeras apapun dia
berusaha menjauhkan diri dari Rey, rasa itu semakin kuat bercokol di hati dan
pikirannya. Akhirnya ia berhenti bertahan, mengalah pada ego dan perasaan dan
menerima Rey menjadi kekasihnya. Ia pikir apa salahnya jika ia membuka hati
untuk Rey setidaknya memberikan Rey kesempatan untuk berusaha membahagiakannya.
Nasha
kemudian menghidupkan Laptop dan mulai mengetik tugas sekolahnya. Setelah
selesai mengetik tugas sebanyak 10 halaman itu, Nasha iseng-iseng membuka twitter
dan menelusuri account Rey. Dia tak
terlalu terkejut mendapati puluhan mention
dari cewek-cewek di sekolahnya pada Rey jika cowok keren itu belum jadi
miliknya. Sekedar “say hi” atau malah
membalas setiap twit yang ditulis
oleh Rey itu tak masalah sebenarnya. Namun kali ini berbeda. Rey miliknya
secara de facto ataupun de jure. Ada rasa cemburu yang menyeruak
saat memandangi satu persatu mention mereka.
Dan satu mention dari Keisha, mampu
membuat nyeri di hati kian menyakiti. Membuat api cemburu dengan cepat membakar
habis kesadarannya.
Belum say.... jomblo nih, mau :*? RT @K_chya udah punya cewe
belum sih gantenggku? @Rey_William
Nasha
mematikan laptopnya asal dan kemudian menghubungi ponsel Rey, meminta
penjelasan. Terdengar bunyi nada tunggu 3 kali dan seseorang mengangkat telepon
Nasha.
“Halo, ini siapa? Mau ngomong sama
Rey? “ Ucap seorang di seberang sana yang dideteksi oleh gendang telinga Nasha
adalah suara seorang cewek.Nasha tak sanggup berkata-kata dan mematikan
ponselnya cepat. Dia tak meyangka ada dua fakta mengerikan yang selalu
ditakutkan olehnya menerjangnya sekaligus malam ini yang membuatnya yakin-Rey
mendua.
Di sekolah.
Nasha mencari keberadaan Rey. Dia
harus meminta penjelasan langsung dari mulut laki-laki itu. Tempat pertama
adalah kelas Rey, namun disana tak nampak kehadiran laki-laki itu. Tasnya belum
ada.
“ Kak, Rey udah dateng belom ya? “
tanyanya pada seorang siswa yang ada disana.
“ Dia udah dateng, tapi belom masuk
kelas. Coba lo cek di kantin....” saran siswa itu padanya.
“Oke kak makasih ya..” Nasha pun
bergegas menuju kantin. Tapi yang dicari ternyata tidak ada. Setengah kecewa,
dia berbalik badan, meninggalkan kantin menuju kelasnya. Tak jauh dari kantin
ia menangkap sesosok yang dicarinya.Yupzz, Rey! Cowok itu tengah mencium
seorang cewek yang tak lain adalah Keisha! Dada Nasha bergemuruh. Darahnya
mendidih sampai ubun-ubun melihat pemandangan itu...tidak salah lagi Rey sedang
berselingkuh!! Ia menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengurangi sedikit gelegak
amarahnya dan perlahan tapi pasti mendatangi Rey.
“Jadi gini kelakuan kamu dibelakang aku!
Bagus... siapa lagi cewek yang jadi korban Kamu?”
“Masalah buat lo? Kalo lo nggak suka
ya udah kita putus, nggak rugi buat gue ngelepasin lo..” kata Rey tanpa nada
bersalah.
Nasha sangat terpukul.Seharusnya dia
percaya ucapan Renatha, bahwa Rey memang cowok busuk! Seharusnya Nasha percaya.
Isak tangisnya tanpa sadar muncul. Ia melupakan etika. Amarah yang sedari tadi
berusaha ditekan, meluncur begitu saja dan tamparan adalah manifestasinya.
Plak!!
Nasha menampar Rey keras. Rey tak
menyangka Nasha bisa melakukan ini padanya. “Mulai
sekarang kita putus!!! “ ucap Nasha terakhir kali. Dan Nasha ingin sekali
pulang, menangis sepuasnya di kamar. Nasha pun memacu mobilnya kencang menuju
rumah.
Nasha menangisi pilihannya. Keputusan
untuk berjudi dengan perasaan membuatnya terpuruk. Dia sakit dan patah hati.
Entah bagaimana mendeskripksikannya. Rasa itu terlalu sakit untuk dirasa bahkan
untuk dikenang. Seseorang yang dia harapkan bisa membuatnya bahagia justru
membuat hatinya hancur. Bagaimana bisa dia menjanjikan cinta jika hanya bisa
menggombalkan omongan belaka? Nasha merasa tertipu akan sosok Rey yang
menurutnya berubah. Air mata menggenangi pelupuk matanya. Ia menangis hingga ia
pun terlelap tidur dengan mata yang masih basah karena dibanjiri tangis oleh sosok
Rey.
***
Dan rasa itu muncul lagi. Rasa sesak memikirkanmu. Rasa
sesak merindukanmu. Rasa sesak mencintaimu.Aku benci rasa itu sama seperti aku
benci dirimu. Aku sudah muak dengan segala rasa sesak itu. Aku akui aku
mencintaimu-mungkin menggilaimu. Rasa itu kian terpupuk setiap harinya saat
pandangan kita beradu, saat bibir kita berbicara, saat senyummu menuju ke
arahku. Tapi haruskah ku bertahan mencintaimu sekeras mungkin meski objek yang
ku tuju takkan pernah melunak? Atau aku harus berhenti menggantung asa dan
mulai menaruhnya di belahan langit lain? Haruskah? Sungguh, jika itu harus mungkin
itu takkan pernah terjadi.
“Jadi kamu udah
putus ama Rey?” ucap Aini setengah menjerit. Lagi-lagi ekspresi yang sama. Kali
ini bukan Aini yang menggeleng, tapi Nasha.
“ Kok kamu
seneng banget kalo aku sedih dan udah putus sama Rey?” Tanya Nasha sewot.
Bukannya nasehat agar dia bisa nerima cowok itu lagi, ini malah sorak gembira
yang muncul dari Aini.
“Yeyy..bukannya aku
seneng liat kamu sedih, tapi aku seneng liat kamu putus sama Rey...udahlah Sha,
cowok kayak gitu jangan ditangisin, rugi air mata kamu yang berharga itu kalo cuma
dibuang-buang buat dia...” Aini tiba-tiba serius.
“Tapi aku masih
sayang sama dia, Ni. Aku kangen pas dia meluk aku. Aku kangen pas dia nyanyiin
lagu buat aku. Aku kangen dia ngirimin kata-kata romantis ke hapeku. Aku kangen
dia, Ni.”
“ Jadi kamu
ngerasa nyesel setelah mutusin dia,meski dia udah selingkuh di belakang kamu? please deh , Sha. Kamu kan udah liat
tingkah asli si playboy kelas teri
itu. Mestinya kamu bersyukur udah putus dari dia. Kamu bisa dapet yang lebih
baik daripada dia.” Nasehat Aini membanjiri otak Nasha.
“Bukan
gitu..tapi kamu tau kan kalo aku cinta banget sama Rey? Dan kamu tau aku sangat
sulit ngelupain seseorang yang aku sayang, aku takut kalo aku bakal nyesel udah
mutusin dia...”
“Sikap kamu udah
bener kok dan aku yakin kamu nggak bakal nyesel mutusin dia. Percaya deh ama aku....”
Aini memeluk Nasha erat, mencoba meringankan sedikit beban di hati Nasha.
“Move on dong girl! Jangan galau mulu deh.....yuk kita ke kantin aja daripada
bergalau ria disini” ajak Aini padanya. Mereka pun melenggang ke kantin,sejenak
melepas penat.
Ternyata kantin
sudah penuh dijejali siswa-siswi yang lagi makan atau sekedar ngobrol-ngobrol.
Diantaranya tampak sosok yang saat ini tidak maua ditemui Nasha, Rey dan
Keisha. Keakraban yang terjalin diantara mereka membuat Nasha muak. Kaki yang
tadinya mau menuju kantin, refleks mengikuti amarahnya, menjauh dari pandangan
itu. Nasha masih sakit hati melihat Rey bermesraan dengan wanita lain. Apakah
ia masih cinta pada sosok Rey? Apakah kemarahan ini adalah wujud dari rasa
cemburunya? Nasha ingin mengelak, tapi suaranya terlalu bergetar untuk
mengatakan tidak pada hatinya sendiri.
“Kamu liat kan
Nasha tadi mau kesini? Kenapa sih Rey kamu mau nyakitin hati dia? Mau sampai
kapan kamu mau nutupin penyakit kamu ke dia? Apa kamu emang sengaja ngelakuin
ini semua biar Nasha benci sama kamu?” Keisha memandang kepergian Nasha.
Rey memang
melihat Nasha tengah ke kantin. Sengaja ia merangkul Keisha agar membuat Nasha
tambah membencinya. Sebenarnya hatinya sakit melihat tangis Nasha yang tak juga
mengering, namun ia harus melakukan itu. Ia tak mau membuat Nasha sedih
memikirkan kepergiaannya. Ia ingin Nasha bisa melupakannya.
“ Aku nggak mau
dia tahu penyakit aku, dan kamu harus ngerahasiain hal ini , oke?” ucap Rey
tertahan.
“ Kamu hari ini
jadi check up kan? Mau aku temenin?”
“Nggak, aku bisa
sendiri...”
Di Rumah Sakit
“Kanker otak yang anak anda alami
sudah bermetastasis secara limfogen dan hematogen ke hampir seluruh tubuhnya.
Untuk memperlambat proses penyebaran ini , anak anda harus di kemoterapi, hanya
itu yang bisa saya usahakan sejauh ini. Meski hal itu pun tak banyak membantu
untuk pemulihan kesehatannya, tapi itu cukup membuatnya bisa bertahan lebih lama...”
“ Berapa lama lagi anak saya bisa
bertahan, Dok?”
“Menurut perhitungan medis,
kemungkinan dia hidup hanya tinggal 1-3 bulan lagi. Tapi segalanya hanya Tuhan
lah yang mengatur takdirnya. Kami selaku petugas medis hanya bisa mengusahakan
yang terbaik untuknya”
“ Lakukan yang terbaik, Dok! Kami
sepenuhnya berharap pada kemampuan Dokter”
***
“Rey
, sampai kapan kamu mau nyembunyiin ini semua sama Nasha? Aku mau kamu jujur
ama dia tentang penyakit ini!” pinta Keisha.
“
Aku nggak mau dia ngeliat penderitaanku. Cukup aku yang rasa, dia nggak perlu
rasa. Aku nggak mau buat dia sedih.”
“
Tapi aku nggak mau dia seneng-seneng di saat kamu lagi berjuang ngelawan
penyakit ini. Dan kamu tahu nggak? Kabarnya Nasha sekarang lagi deket sama
Gilang. Dan kata anak-anak sih Gilang udah ngajak Nasha jadian.”
“
Baguslah, setidaknya dia udah ngelupain aku. Aku nggak mau dia masih inget
tentang aku saat aku harus pergi. Dan menemukan orang yang tepat di saat
seperti ini adalah hal terpenting...”
“
Kamu nggak sakit hati?”
“ Aku emang
cinta ama dia. Tapi aku sadar aku nggak bisa lebih lama lagi nemenin dia. Sudah
waktunya dia milih orang yang bisa ngejaga dia lebih lama lagi. Dan aku tahu
nggak akan ada kata kehilangan buat cinta. Cintaku memang nggak pernah mati buat
dia. Meski Aku udah berada di surga sana, aku berharap masih bisa inget cinta
yang ku punya sama dia. Dia adalah cewek pertama yang bener-bener buat aku
ngerasa jatuh cinta dan aku nggak mau buat dia bersedih.....”
“ Dan buat aku
nggak ada sakit hati selama bisa ngeliat dia bisa tersenyum dengan atau tanpa
aku. Yang terpenting adalah bagaimana membuat dia selalu bahagia meski aku
harus rela ngelepas dia pergi ke pelukan cowok lain.”
Keisha
menggeleng. Air mata jatuh tanpa sadar di pipinya. Dia begitu takjub mendengar
pernyataan Rey. Ternyata Nasha sudah mengubah perangai buruk Rey yang suka
gonta-ganti cewek. Dan Keisha tahu Rey begitu dalam mencintai Nasha, dengan
melihat sorot matanya yang bersinar saat mendengar nama Nasha disebut. Keisha
tidak mau berdiam diri lebih lama lagi. Ia kemudian permisi pamit pulang ke Rey
dan memacu mobilnya menuju rumah Nasha. Dia ingin cewek itu tahu kondisi Rey
dan tidak berburuk sangka sama Rey lagi.
Nasha baru saja
pulang ketika melihat Keisha ada di depan rumahnya.
“ Sha, gue mesti
ngomong sama lo”
“Nggak ada yang
perlu diomongin, semua udah selesai dan silahkan lo angkat kaki dari rumah gue”
“ Ini masalah
Rey” kata Keisha.
“ Gue nggak ada
waktu buat ngomongin dia. Jadi, gue minta lo pulang atau gue panggilin satpam buat
ngusir lo!”
“Sha, lo nggak
bisa begitu”
“Apa maksud lo?”
“ Waktu itu Rey
cuma butuh waktu buat sendiri....”
“ Alah, nggak
usah banyak alesan deh lo, gue tau lo suka sama dia dan lo selama ini
ngejer-ngejer dia, jadi gue nggak akan percaya bacot lo yang basi itu...”
“ Gue emang suka
sama dia! Puas lo! Tapi gue nahan perasaan gue pas tahu dia ternyata cinta mati
sama lo! Dan asal lo tau aja! Rey itu kena KANKER OTAK!!!!!” teriak Keisha
saking kesalnya melihat tingkah Nasha yang nyolot. Dia meninggalkan rumah Nasha
tanpa permisi lagi. Dia tak tahu harus bicara apa lagi agar Nasha percaya
omongannya.
Nasha mendengar
dengan jelas kata-kata itu, tetapi dia lebih memilih memberi kesan tidak
peduli. Nasha melanjutkan langkahnya menuju ke dalam rumah dan membanting pintu
rumahnya.
Malam harinya
Nasha tak bisa tidur. Pikirannya melayang-layang pada kejadian sore tadi. “Dan asal lo tau aja! Rey itu kena KANKER
OTAK!!!!!” kata-kata itu selalu terngiang di telinganya. Dia tidak percaya
bahwa Rey menderita kanker otak. Apa ini cuma rencana busuk Rey buat
menjebaknya lagi? Tapi sepertinya tak mungkin.
“Arghhhhh kenapa
ini mesti terjadi ama gue!!!!”
Nasha memutuskan
untuk melihat Rey. Dia harus tahu kebenaran ucapan Keisha. Keisha memacu
mobilnya menuju rumah sakit.
***
Dan aku paham.Hati takkan bisa dibohongi lagi. Hanya
dirimulah yang aku mau dalam hidupku.Dan ku putuskan akan selalu mencintaimu
meski aku tahu tak ada satupun yang bisa menamin apakah aku akan bahagia dengan
keputusan ini.Karena cuma kamulah satu-satunya yang ku rindukan jika aku hanya sendiri
di dunia ini.Aku sadar kamulah yang harusnya ada di sisi.
Kamar 294.Rey
William. Nasha menanyakan kamar Rey pada seorang suster yang sedang berjaga.
Setelah tiba di depan pintu kamar Rey, ada rasa ragu yang muncul di benaknya.
Nasha takut melihatnya.
Krek.
Semua orang di
kamar itu menoleh ke arah Nasha. Rey berbaring disana ditemani orang tua dan
Keisha.
“Rey?” Nasha
memanggilnya lemah. Tenggorokannya tercekat.Rasa ragu yang tadinya muncul segera lenyap begitu matanya menangkap sosok
yang selama ini dirindukannya, Rey tengah terbaring lemah di ranjang putih itu.
Ya Tuhan, itu
Rey.
“ Kamu lagi nggak bercanda kan, Rey?”
Rey
berusaha melepaskan alat bantu napasnya. “Nasha....” panggil Rey hampir tak
terdengar. Tak terasa bulir air mata jatuh di pipinya. “Kenapa lo jadi gini sih Rey?”
“
Gue udah tahu semuanya dari Keisha. Demi Tuhan, kenapa lo ngelakuin semua ini
Rey. Gue merasa bersalah ama lo. Gue nggak mau kehilangan lo. Gue sadar
ternyata gue masih cinta ama lo”
“
Tapi gue nggak punya banyak waktu lagi, Sha”
“Kenapa
lo nyerah,Rey? Gue nggak kenal sosok lo yang gampang nyerah. Lo bilang ke gue
kalo nggak ada kata putus asa dan menyerah dalam kamus lo. Tapi kenapa lo
nyerah dengan penyakit lo!”
“I’m
soo....”
“Sssssttttt....”
Nasha meletakkan telunjuknya di bibir Rey. “ Lo nggak usah ngomong apa-apa , you just have to hear it, okey?” kata
Nasha seraya memasangkan kembali masker oksigen yang tadi dilepaskan Rey.
“Rey...”
Nasha memulai bicara. Tangan kecilnya menggenggam tangan Rey erat.” Maaf...”suaranya
bergetar.” Kalo gue tau keadaan lo, gue nggak pernah ninggalin lo sedetik pun”
“Gue
tahu reputasi lo, tapi gue sadar lo udah berubah. Gue emang dari dulu jatuh
cinta sama lo dan saat lo nembak gue, gue seneng banget dan ngerasa mimpi gue
terwujud.”
Rey
melepaskan kembali masker oksigennya dan mulai mengatakan semua hal yang ingin
dikatakannya karena takut tak sempat mengucapnya lagi.
“ Gue minta
maaf. Gue cuma mau lo tahu bahwa cinta gue bener-bener tulus sama lo dan gue
berterima kasih sama lo karena masih mau baik sama gue bahkan setelah gue
nyakitin lo”
“ Lo nggak perlu minta maaf. Gue ngerti kenapa
lo ngelakuin ini dan percayalah gue akan selalu berusaha kuat dan nemenin lo
dalam kondisi apapun. Gue sayang lo” Nasha memberi jeda diantara kalimatnya“ Rey,
boleh gue minta satu hal dari lo?”
“Apa,
Sha? Lo bilang aja ke gue dan sebisa mungkin gue tepatin”
“Gue
mau kita balikan.....”
“Sha,
but it’s too late......”
“Nggak
ada kata telat dalam kamus gue. Yang penting lo bersedia kan...?”
“Sure, i’ll do. Dan lo tahu gue kenapa gue bisa bertahan sampe
sekarang? Karena gue punya lo yang udah buat gue bener-bener ngerasa jatuh cinta,
memiliki, cemburu, dan melakukan apapun buat seseorang yang gue cintai. Lo
cinta terakhir gue...” Rey berhenti bicara lalu sejurus kemudian dia
mengucapkan kata-kata terakhirnya “ Lo harus bahagia, dengan atau tanpa gue..”
Nasha
mengecup bibir Rey perlahan, seolah ciuman itu menyakitkan buat Rey.Rey lalu membalas
ciuman Nasha. Ia memagut bibir Nasha dengan lemah. Rey mengalungkan lengannya
ke leher Nasha.Ciuman itu berakhir saat echocardiograph
berbunyi monoton panjang dan bibir Rey mulai mendingin. Malaikat Izrail telah menyelesaikan
tugasnya hari ini.
Namun aku terlambat. Kau sudah jauh pergi,ke dunia
barumu tanpa mengucapkan selamat tinggal. Aku takkan bisa meraihmu
lagi.Menangis tiada guna lagi. Menyesal sudah pasti. Aku terlalu bodoh karena
aku membiarkanmu pergi tanpa alasan. Jika inilah takdir kita-mencinta dalam
duka- kuatkanlah hatiku menerimanya. Aku terlalu rapuh tanpamu. Aku selalu bisa
kuat oleh karena rasa sakit yang kau ciptakan. Bisakah kau temani ku semalam
saja, agar aku bisa mengucapkan selaat tinggal di hadapmu tanpa ada tetesan air
mata? Dan aku mengingkari janjiku di hadapmu – aku mengucapkan selamat tinggal
ditemani derai air mata.Itu semua salahmu-kau tahu itu.Dan kau tahu satu hal
lagi? Aku patah hati-dua kali.
***
“Sebelum
dia pergi, dia nulis ini buat lo.” Keisha mengulurkan selembar kertas. “Dan dia
bilang ke gue kalo lo mesti bahagia, karena kesedihan lo adalah air mata buat
dia.”
Nasha
menjulurkan tangannya, meraih kertas itu dan mulai membacanya.
My
lovely Nasha..
Aku tahu ketika kamu membaca ini,
aku sudah pergi ke surga dan takkan bisa menemani kamu lagi. Seuntai maaf
mungkin takkan bisa memperbaiki semua salah dan khilafku selama ini. Aku merasa
sangat beruntung karena sempat memilikimu dan menjadikanmu cinta terakhir dalam
hidupku, meski aku nggak bisa buat kamu bahagia.
Kamu percaya bahwa setiap orang
pasti bisa berubah, dan kamu berikan kesempatan itu buatku. Kamu tulus
mencintai meski aku cuma bisa melukai. Aku bahagia memilikimu. Tapi waktu yang
dulunya menautkan hati kita, kini tak merelakan kita bersama lebih lama lagi.
Takdir terlalu kejam pada kita hingga akhirnya kita harus mengucap kata pisah.
Dan ketahuilah, darimu aku belajar
mencintai dan dicintai. Karenamu aku merasa bahagia, cemburu dan memiliki.
Tanpamu aku merasa hancur, rapuh dan tak berdaya. Untukmu aku selalu tersenyum
dan berusaha membuat wajahmu menggulirkan senyum.
Kamu adalah hal terindah yang pernah
ku miliki dan jika tiba saatnya nanti harus ku lepaskan. Aku ingin waktu
berhenti berputar dan membawa kita dalam keabadian. Tapi itu mustahil. Aku
hanya berharap ketika waktunya kamu menemui Tuhan, jangan lupakan aku karena
aku juga selalu mengingatmu dan selalu menyimpanmu dalam ruang spesial di
hatiku.Jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu merangkai kepingan rindu dan
mengirimkannya langsung ke alamat hatimu. Dan kau harus tahu, tak ada lagi pemilik
hati ini, kecuali kamu.
Dan ingatlah, berbahagialah dengan
atau tanpa aku.
Dari kekasih yang sebetulnya tak pantas dipanggil kekasih,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar